Kalau kita boleh memilih, atau menentukan sendiri keinginan-keinginan, mungkin nggak bakal ada yang namanya jelek, pendek, gendut, bodoh, miskin, dan segala keburukan yang terstigma pada seseorang.
Tapi yang faktanya terjadi adalah "Sempurna hasil karya Pencipta" , tentunya yang dijadikan standar adalah dari Yang Maha Pencipta, dan bukan cuma sempurna fisik, akal, dan tahta semata, tapi hasil dari potongan-potongan yang menyempurnakan. Misal, ada orang yang cantik wajahnya, pintar pula, tapi bukan berarti ia menjadi yang dielu-elukan, ternyata otaknya otak maling mungkin. Atau misal ada yang penampilannya buruk rupa, tapi jenius bukan main, maka nanti yang dilihat orang ya jelas bukan cuma tampilan fisik, tapi kecerdasannya.
Memang sifatnya manusia itu selalu melihat cover alih-alih menelaah isinya, menilai sesuatu dari tampilan luar, bukan dari kemampuan yang ia kuasai. Dan yang selalu luput dari perhatian adalah soal hati. Entah sudah berapa banyak kasus yang dari dulu sampai sekarang jadi trending lagi, masalah trust issue. Bukannya semua bermuara ke satu titik yang sama, hatinya, yang berkembang pada satu nama yang disebut percaya? Dapat dipercaya? Tepercaya? Percayalah.
Nah jadi kemana-mana, kan, hoho.
Ok, kembali ke kata "Sempurna". Maka Allah memang sudah atur masing-masing manusia secara adil, bener-bener ADIL, pasti punya kelebihan dan kekurangan, tanpa terkecuali sekalipun seorang Nabi. Bayangkan yang kita tahu Rasulullah SAW itu manusia paling sempurna, pun masih tetap dapat teguran lewat surat 'Abasa, sebab sedikit kekurangannya dalam menilai sesuatu, *Boleh dicari asbabun nuzul dari surat 'Abasa ya mentemen kalo pinisirin. Nah, apalagi kita yang cuma manusia biasa, yang tak sempurna, dan kadang salah *jangan dinadain juga oy.
Kata-kata insecure, nggak pede, malu sama diri sendiri, overthinking sama penampilan, dan segala macam sebutannya, udah coreng semua sih harusnya. Ya buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya *nah kan gausah dinyanyiin. Diberi kekurangan, pasti Allah juga kasih kelebihan, tinggal cari aja apa kelebihannya, gali potensi yang dikuasai, masing-masing orang kan beda-beda i'tikad, proses dan hasilnya, nggak mungkin sama dan kudu harus sama kan.
Yang perlu di garis bawahi adalah bagaimana etika baik kita terjaga, karena jaman sekarang cara bersikap sudah jadi nomor satu yang dinilai dimanapun kita berada, punya hati yang baik nggak diragukan lagi sudah jadi impian sejuta umat, dan satu lagi, bagaimana semua kelebihan yang dimiliki bisa jadi tiket peluang untuk menyuarakan islam, merangkul kawan yang mungkin masih gengsi ngobrolin islam, yang semua tujuannya buat menegakkan agamanya Allah. Apa nggak malu sama dia yang buta matanya dan tuli telinganya tapi hafal Qur'an beserta maknanya :((
Aku, kamu, dia yang sedang viral, mereka yang sedang kena mental, kita semua tuh sama, sama-sama manusia. Bukan malaikat, bukan sebangsa jin. Maka salah itu gapapa, gagal itu nggak masalah, wajah menua it's okay, yang justru kenapa-napa adalah kalo nggak pernah salah dan gagal, terus nggak tua-tua lagi, duh bahaya ini.
So, deal with yourself ygy, as always.
-Salsa
Komentar
Posting Komentar