Assalamu'alaikum, mentemen.
Gimana kabar kalian? Semoga selalu dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Ta'ala ya mentemen.
Akhir-akhir ini aku lagi sering nontonin kisah para mualaf dari berbagai negara. Ada yang dari Jepang, Korea, Australia bahkan Indonesia sendiri, salah satunya ustadz kondang berdarah chinesse, Ustadz Felix Siauw😊. Btw, tulisan chinesse bener kayak gini nggak sih wkwk. Nah, dari dulu gatau kenapa aku selalu tertarik sama kisah perjalanan mereka buat ketemu islam. Bisa dibilang, ini jadi momen kontemplasi buat diriku sendiri yang notabene nya 'sudah islam sejak lahir'.
Faktanya, bagi kami yang dari lahir ngikut orangtuanya jadi muslim, mungkin nggak akan tau struggle nya menjadi muslim tuh kayak apa. Nggak akan bertanya-tanya kenapa agamaku islam, kenapa aku harus bertuhankan Allah 'Azza Wa Jalla, kenapa nabiku harus Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa Salam, kenapa kitabku harus Al-Qur'an, kenapa aku harus sholat, puasa di bulan Ramadhan, dan rentetan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin lama-lama jadi bahaya untuk dipertanyakan.
Sama halnya yang dipertanyakan para mualaf ini sebelum mereka memutuskan untuk menjadi muslim. Terutama bagi orang yang nggak percaya sama tuhan, mustahil bagi mereka untuk mau percaya satu, atau bahkan tiga tuhan sekalipun. Tapi menariknya, ini aku ambil dari video youtube nya Ustadz Felix, bahwa orang yang nggak percaya tuhan itu sebenernya udah on track pada setengah syahadat. Lah kok bisa?
Coba kita bedah kalimat syahadat. Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rosulullah. Kita coret kata illallah sampai seterusnya, maka maknanya jadi "Aku bersaksi bahwa tiada tuhan," mereka ini, para atheis ini mengakui kalo mereka nggak percaya tuhan, dan dengan menghilangkan arti kata "Selain Allah, dan bersaksi bawa Muhammad adalah Rasul Allah," maka jadilah setengah syadahat apa yang sudah mereka yakini, sebenernya, wkwk.
Bisa aja, semoga Allah memberikan jalan hidayah kepada kita semua, sisa dari setengah syahadat yang lain bisa ditemukan tanpa diduga-duga, dalam kondisi hidup paling adem dan tentrem yang pernah mereka alami, terlepas dari 'kemungkinan besar' akan berdampak pada apa yang mereka sayangi, itu semua jadi selesai. Mulai lagi dari nol, atau bahkan minus. Cacian bahkan usiran pun jadi maklum dihadapi. Ya namanya berubah jadi orang yang berbeda, apalagi dengan keyakinan yang jauh berbeda, maka wajar sekali semua itu akan terjadi.
Balik lagi ke BIG WHY. Terus kenapa islam? Maka ada banyak sekali jawaban yang berputar-putar di kepala.
Pertanyaan itu bikin aku flashback ke masa lalu, inget banget setiap naik jenjang pendidikan (entah smp, sma, kuliah) pasti ada satu materi yang membahas pertanyaan keislaman yang buatku dulu, jujur, itu sama sekali nggak menarik (soalnya habis nanya itu ya lanjut bahas secara teori dan itu membosankan), sementara jawabanku cuma 'dari kecil diajarin orangtua supaya jadi muslim yang baik'. Sampai aku mondok enam tahun pun kayaknya jawaban itu masih eksis tanpa ada keinginan untuk di update.
Tetapi semakin kesini, ditambah aku yang semakin sering nonton kisah mualaf di YT, aku jadi mikir 'iya juga ya'. Kenapa aku nggak pernah mau tau kalo kenapa aku muslim. Padahal, itu yang justru jadi pondasinya ketika nanti tiba-tiba kehilangan arah, atau kebingungan jadi manusia.
Maka nggak heran kenapa kebanyakan muslim saat ini nggak bangga jadi muslim, nggak seneng sama islam, nggak mau nurut sama aturan-aturannya, karena BIG WHY tadi nggak dijadikan highlight di hidupnya. Seumur-umur nggak pernah nanya ke diri sendiri dan cari tahu lewat majelis ilmu atau bertanya kepada ahli ilmu alasan kenapa sih aku muslim.
Dan jawaban terpilih dari sekian banyaknya jawaban atas pertanyaan BIG WHY tadi adalah, karena menakjubkannya Al-Qur'an yang jadi guide of life nya seorang muslim. Jujurly, aku pernah iseng buka-buka bibel di internet dan menurutku bahasa nya terlalu mengawang, terkesan sekali kalo itu buatan manusia yang gampang diubah, membingungkan, dan kurang solutif *ini murni pendapat ku ya.
Beda banget kalo lagi baca terjemahan dari Al-Qur'an, apalagi bagian kisah-kisahnya, itu sangat sangat relateable dengan kondisi yang terjadi di masa sekarang, dan sekaligus ngasih solusi 'ini lho contohnya, biar nanti kamu, para manusia masa depan jangan mengulangi kesalahan yang sama yang udah terjadi di masa lalu'. Yang jelas penulisnya bukan manusia, dan di perantarai oleh manusia paling mulia di muka bumi. Segala permasalahan hidup yang udah dikasih solusinya itu cuma tersedia kalo kamu baca Al-Qur'an dan maknanya. Clear.
Oleh karenanya, mentemen, cobalah kenali lagi dirimu, kenali lagi islam sebagai agama yang terpilih untukmu, kalo berat, seringlah dengerin kisah-kisah para nabi, kisah para sahabat nabi, tabi'in, sejarah islam yang belum pernah diceritakan, gausah baca, dengerin aja. Disimak betul2 apa yang juga terjadi di masa sekarang. Lama-lama bakal paham kok kenapa kita harus bersyukur udah di pilihkan islam sebagai agama yang sudah semestinya kita yakini.
Whoaaa baru kali ini aku nulis puanjang. Sekian dan terima pijat buat tangan saya hohoho. Terima kasyihh dah mau baca😏
-19.23 WIJ (waktu istimewa jogja)
📷 freebees nya @benefiko
Komentar
Posting Komentar