Bismillah.
Karena mood menulisku muncul di waktu yang tepat saat bulan ramadhan, maka kujadikan momentum ramadhan kali ini buat aktif nulis lagi di blog.
Okeh. Markimul, mari kita mulai.
Disini aku nulis random aja ya, yang lagi terlintas di kepala aja kutuang kesini.
Sesuai judul, aku pengen share bagaimana sih caraku berkomunikasi sama orang lain, entah individu, keluarga, bahkan masyarakat. Yang padahal dasarnya aku ini salah satu tipe manusia yang kalo belum diajakin ngobrol ya gabakal ngobrol, alias diem-diem bae, hehehe.
Jadi dulu, waktu kecil aku punya sedikit trauma yang mungkin terbawa sampai usia anak-anak. Aku waktu masih bayi dulu sempat dan hampir saja jadi korban penculikan anak, entah sama preman atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang kehilangan sosok anak. Singkat cerita, aku yang lagi tidur di kasur diambil gitu aja sama orang ga dikenal, ummi ku teriak minta tolong bahkan hampir pingsan tarik-tarikan sama preman atau ODGJ tadi. Dan secara tiba-tiba, tringgg, mendadak orang itu sadar dia habis ngambil anak orang, dia yang hampir dipukulin warga, segera bungkuk-bungkuk minta maaf ke ummi, lalu langsung kabur menghindari amukan massa. Aku juga nggak tau kalau pernah ada kejadian begini kalau ngga diceritain hehehe. Tapi yang jelas, selama menjalani usia toodler aku selalu ngumpet kalau ketemu orang yang ga ku kenal *padahal kadang itu tuh cuma pakdhe budhe atau om tante atau sepupu.
Ya begitulah. Alhasil, aku jadi orang yang pendiam dan nangis rewel aja kalau lagi nggak mau dan nggak nyaman.
Berulang-ulang kali aku harus dikenali sama yang selain di rumah, biar terbiasa berinteraksi sama yang lain. Jadilah proses itu mulai dibentuk dari ngikut kemanapun ummi pergi, mau ke pasar, masjid, arisan, pengajian, barulah sampe aku masuk sekolah tk dan sd, ummi mulai melonggarkanku ngikutin beliau.
Sebagai gantinya, ternyata ummi punya strategi baru di sekolah. Setiap kali daftar sekolah, mau itu tk atau sd ummi ku selalu titip pesan ke wali kelas yang mendampingi, "Salsa tolong diajak untuk tampil ke depan, apapun acaranya, nangis juga nggak apa-apa."
Drama nangis, sampe kabur dari sekolah ke rumah, udah semua. Guru-guru juga hampir lepas tangan, nyerah. Tapi ummi tetep kekeuh, "Lagi ya, Bu, Salsa diajakin. Walaupun awal-awal sulitnya minta ampun, tapi lama-lama nanti mau juga."
Entah itu bujuk rayu macam apa atau do'a dengan istilah yang lain, ajaibnya bener semua. Lama-lama ya aku mungkin bosen juga nangis mulu, ikutin ajalah kali-kali, eh ternyata ketagihan pengen tampil terus di depan umum.
Sama halnya tk, sd, begitu juga smp dan sma, walaupun udah di pesantren yang seharusnya udah dilepasin aja gitu ya terserah gurunya, tetep ummi ngasih pesan yang sama, "Salsa tolong diajakin," dengan kata tambahan, "Sama dipantau," menunjukkan bahwa aku remaja agaknya mulai nyari jati diri, yang pengennya ngikutin kemauan sendiri.
Barulah saat kuliah, aku langsung yang ditodong sama ummi, udah besar, bisa mandiri, udah punya tanggung jawab, gabisa lagi minta tolong dosen buat diajakkin tampil, wkwk yakali, pokoknya terserah inisiatif sendiri dengan bekal ajaran rumah sejak dini. Modal sosialisasi jaman sma sebenernya cukup buatku mau lebih banyak berinteraksi, tapi lagi-lagi aku tetep minder kalau ketemu orang baru, apalagi lingkungan yang lebih umum.
Nah, baru saat kuliah juga aku punya teman yang cukup beragam. Yang baru kusadari itu sangat membantuku dalam mengolah bahasa dan kata, cara menyampaikan sesuatu, sampai caraku berkomunikasi dengan dosen, semuanya ternyata mengubah pola bicara dan penyampaianku.
Ditambah lagi jurusanku yang termasuk pelayanan kesehatan, mau nggak mau ketemu banyak pasien dong, dari anak-anak sampai orangtua, laki-laki atau perempuan, beragam suku dan bahasa, semuanya menambah olah kata dan juga jadi pelajaran penting buatku berkomunikasi.
Sederhananya, cara berkomunikasi itu menurutku ya cuma dua, ada kemauan sama pembiasaan. Kalau ogah-ogahan, nggak sering diasah, di praktekkan, ya bakal kikuk terus ketemu orang. Aku jadi bersyukur juga sih jadi tenaga kesehatan terlebih fisioterapi yang udah pasti banyak ketemu beragam manusia dengan segala keunikannya. Walaupun sampai sekarang masih terus dan terus belajar dan masih on progress, aku berharap itu jadi anak tangga untuk naik level ke tingkatan proses komunikasiku yang selanjutnya.
Kalau versi kalian, gimana? Coba share di kolom komentar ya😁
Komentar
Posting Komentar