Terkadang kita sebagai manusia yang selalu sedang dalam 'mode' ambisius mengejar sesuatu, nggak akan seketika paham sama peran sabar. Sebab yang sedang teronggok di kepala cuma "Ayo, buktikan kamu bisa. Harus bisa, harus sempurna, biar nanti kamu bahagia karena semuanya tuntas," tetapi tanpa memikirkan kaki tangan yang sudah hilang kendali, hati yang kehilangan kemudi, bahkan jiwa yang entah lagi nyangkut di raga yang mana.
Pemicunya satu, syaitan.
Ia berusaha menunggangi manusia agar lupa tujuan utamanya berada di dunia. Disibukkan oleh hal-hal materil, selalu kurang, selalu nggak sesuai keinginan. Maka sebenarnya peran sabar sudah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam ajari sejak dulu. Bahwa kalau kita bawaannya udah suntuk, muak sama hidup yang keras sekali menempa, 24 jam sehari lebih banyak dihabiskan di jalan, kita perlu berhenti dulu sebentar, pakai rasa sabar untuk menjernihkan pikiran, untuk kembali lagi fokus sama apa yang sebenarnya Allah inginkan untuk kita jalani.
Rasa sabar ini sejujurnya sulit banget untuk diamalkan. Tapi kalau kita contoh gimana dulu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pakai ia agar senantiasa kuat menghadapi orang-orang kafir quraisy, atau Nabi Nuh yang hampir 1000 tahun lamanya menyampaikan risalah ke ummatnya, atau para Nabi lainnya yang jelas ujiannya lebih besar dari kita, mungkin akan lebih terasa terhubung dengan kita yang juga perlu untuk menghadapi tantangan hidup kedepan.
Contoh saja di era sekarang, berapa banyak korban suicide yang penyebabnya sebenarnya hal-hal sepele, atau korban pembunuhan yang dimana-mana marak terjadi, yang sudah jelas peran sabar nggak terpakai disini, keingetan untuk sabar aja nggak, yang ada cuma langsung sikat.
Berkali-kali juga Allah sudah mengingatkan kita buat sabar, dan sholat, dua paket combo untuk para manusia yang kenyang diuji. Ter-mention di ayat-ayat, tersampaikan lewat para ulama', cuma emang kitanya aja yang nggak mau dengerin, berlindung dengan alasan "Nggak cocok buat yang udah banyak dosa".
Padahal nggak tau aja orang sekeji Hindun dan Wahsyi, para pembunuh paman Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Hamzah bin Abdul Muthalib, pun tetap dibantu untuk dimaafkan, tetap Allah bantu lembutkan hatinya, baik Rasulullah maupun Hindun dan Wahsyi pun sama-sama dikasih peran sabar, atas kejadian masa lalu yang bisa aja jadi alasan untuk saling dendam. Tapi takdirnya justru jadi titik balik Hindun dan Wahsyi mengenal islam lebih dalam.
Langsung kelihatan ya kerennya peran sabar. MaasyaAllah.
Disini aku cuma bisa menyampaikan aja bahwa rasa sabar itu penting buat diselipkan di setiap situasi dan keadaan. Efeknya adalah kita jadi punya 'rem' alami supaya nggak terus menerus terjerumus ke lingkaran was-was dan buru-buru nya syaitan. Kita jadi bisa berprasangka baik atas apa yang udah Allah takdirkan ke kita, sehingga jalan-jalan yang kita pilih setelahnya pun yang baik-baik dan mendatangkan pahala juga buat diri kita sendiri. Enak banget, kan.
Yuk, mulai olah peran sabar itu ke diri sendiri, semoga nantinya akan tertular juga ke orang-orang di sekitar kita. Kalau bisa jadi wasilah kebaikan yang lebih bermanfaat, pahalanya juga bakal bertambah. Alhamdulillah😁
Komentar
Posting Komentar